Kecepatan dan kreatifitas, digitalisasi, bioteknologi, dan efektivitas proses merupakan tuntutan pada era revolusi industri 4.0 saat ini. Demikian disampaikan Prof Sumardjo dalam Webinar “Identifikasi Tren Teknologi Digital di Pembangunan Sektor Pertanian” yang diselenggarakan  Badan Litbang Kominfo, tanggal 23 April 2021. Lebih lanjut, Prof Sumardjo mengatakan bahwa praktek budidaya dan agroindustri di bidang pertanian pada era Industri 4.0 yang kini sedang dikembangkan banyak negara maju adalah  “pertanian cerdas” (smart farming atau precision agriculture).

“Pertanian di Indonesia bisa lebih berkembang dengan memanfaatkan teknologi terkini sesuai dengan era revolusi industri 4.0 sehingga proses produksi bisa lebih efisien” ujarnya.

“Tak hanya dapat membantu mengatasi krisis pangan dan bermanfaat secara finansial, pertanian cerdas juga membawa pengaruh bagi masyarakat. Tujuan utama penerapan terknologi ini adalah untuk melakukan optimasi peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada” demikian lebih lanjut disampaikan Prof Sumardjo.

Guru Besar bidang Penyuluhan Pembangunan IPB ini juga melihat bahwa kondisi lahan pertanian di Indonesia sangat beragam. Petani belum sepenuhnya mengakses dan mengadopsi teknologi modern, yang lebih adaptif untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk petanian. Proses alih teknologi adaptif juga belum meluas, sebagian bahkan masih tradisional.  Selain itu keterbatasan biaya dan keterbatasan pengetahuan masih menjadi kendala laju penerapan teknologi maju sektor pertanian secara meluas.

“Dalam kondisi seperti itu, sangat dibutuhkan peran-peran pemerintah, dunia bisnis, akademisi, tokoh intelektual  masyarakat untuk memberikan edukasi bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini,” katanya.

[gview file=”https://caredev.ipb.ac.id/wp-content/uploads/2021/04/21_Sumardjo_KECENDERUNGAN-TEKNOLOGI-DIGITAL-PADA-PEMBANGUNAN-SEKTOR-PERTANIAN.pdf”]