CARE

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Jamur Merang Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Cilamaya Kulon

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Jamur Merang Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Cilamaya Kulon

CARE LPPM IPB bekerjasama dengan PT Pertamina EP Asset 3 Subang Field melakukan sinergi kerjasama pengembangan masyarakat di Cilamaya Kulon, Karawang. Salah satu bentuk kegiatan kerjasama tersebut adalah program pemberdayaan masyarakat berbasis jamur merang yang berlokasi di Desa Sukamulya Kecamatan Cilamaya Kulon Kabupaten Karawang. Dipilihnya komoditi jamur merang antara lain karena: (1) Cilamaya Kulon sebagai wilayah sentra padi yang tentu menghasilkan sisa produksi berupa jerami yang cukup melimpah. Jerami inilah yang kemudian dimanfaatkan sebagai media tanam jamur merang. (2) Sebelum program dilaksanakan, jerami biasanya dibakar oleh masyarakat, sehingga berpotensi mencemari lingkungan melalui asap hasil pembakaran. (3) Pasar jamur merang sangat bagus, baik dari sisi permintaan maupun harga produknya. Demikian sebagian paparan yang disampaikan Prof Dr Sumardjo dalam acara Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat LPPM IPB yang dilaksanakan tanggal 1 Desember 2016 di IPB International Convention Center, Bogor.

Budidaya Jamur Merang di Kecamatan Cilamaya
Budidaya Jamur Merang di Kecamatan Cilamaya

Kepala Pusat CARE LPPM IPB ini menyampaikan bahwa berdasarkan pengamatan selama hampir setahun terakhir, program ini telah menerapkan konsep sustainable development (Ekington, 1998) tentang triple bottom line, yaitu keseimbangan antara aspek profit, people, dan planet. Guru Besar bidang Penyuluhan ini mengatakan bahwa keberlanjutan ekonomi (profit),  ditandai dengan terjadinya peningkatan produktivitas dan pendapatan petani. Produksi jamur merang tahunan di Kampung Jamur merang Desa Sukamulya tahun 2013 sebanyak 510 kg, dan saat ini tahun 2016, kelompok berhasil meraih produksi sebesar 5.040 kg. Adapun pendapatan rata-rata tahunan dari kegiatan jamur merang pada tahun 2013 sebesar Rp. 1,4 juta, sedangkan saat ini telah mencapai Rp. 9,4 juta.

Selanjutnya Prof Sumardjo menyampaikan bahwa keberlanjutan sosial (people) dalam program ini ditandai dengan: (1) berkembangnya sinergi kemitraan dengan pasar yang dapat menjamin konsistensi orientasi kualitas atau kebutuhan pasar (market need), kuantitas, kontinuitas, dan komitmen kontraktual diantara mitra; dan (2) perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam pemanfaatan pekarangan merupakan orientasi nilai budaya yang merupakan kearifan lokal yang pernah menjadi tradisi masyarakat pedesaan di wilayah itu.

Keaktifan Anggota Budidaya Jamur Merang
Keaktifan Anggota Budidaya Jamur Merang

Dalam paparan lanjutannya Ketua Program Studi Penyuluhan Pembangunan Pasca Sarjana IPB ini menyampaikan bahwa adopsi inovasi urban farming dengan komoditi jamur merang dalam 4 tahun  ternyata efektif untuk mereduksi emisi CO2 sebanyak 11 kali lipat. Hal ini dapat dilihat dari penurunan 6000 kg jerami menjadi 66500 kg atau setara  penurunan emisi dari 6048 kg CO2 menjadi 71022 kg CO2 di tahun 2016. Penyerapan jerami sebagai media tanam merupakan salah satu tujuan dalam pelaksanaan kegiatan usaha jamur merang ini. Peningkatan penyerapan jerami untuk media tanam dapat mengurangi jumlah pembakaran jerami yang biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Sukamulya. Pembakaran jerami biasa dilakukan petani Sukamulya setelah pemanenan padi.

Di bagian akhir paparan, Prof Sumardjo menyampaikan bahwa keberhasilan program ini tidak terlepas dari penerapan kemitraan ABG-C melibatkan peran dari perguruan tinggi (A/academician), yaitu CARE IPB, dengan Pertamina EP melalui CSR-nya (B/bussines), Pemerintah Daerah setempat (G/government), serta partisipasi masyarakat (C/community). Di sini ternyata telah terjadi sinergi kemitraan ABG-C  yang merupakan manifestasi penerapan misi Center for Alternative Dispute Resolution and Empowerment (CARE) IPB dalam tri darma Perguruan Tinggi. (AF)